Baru-baru ini aku terjun kedalam dunia yang baru di kampus. Daerah yang tak pernah kusentuh sebelumnya. Namun visi membawaku dekat pada dunia ini. Kelak nanti aku bisa terlaru dalam dunia tersebut. Tak dapat kusangkal, Tuhan begitu luar biasa. Dibuatnya aku bertemu orang yang begitu membuka pandangan ketika baru saja kusentuh dunia ini. Dunia riset dan teknologi.
Banyak orang berpandangan, mengapa ilmuwan dan insinyur Indonesia belum mampu membuat mobil? Membuat telepon genggam? Membuat mobil listrik? Membuat pesawat luar angkasa? Satu hal yang perlu diketahui, kita mampu! Hanya saja selama ini kita tidak bisa menghasilkan semuanya sendiri. Benar kita punya pabrik A, pabrik B, dan pabrik C. Tapi bukan pabrik yang kita butuhkan. Kita membutuhkan sebuah industri.
Sebelum masuk kebagian selanjutnya, seperti biasa ada sebuah lagu yang ingin saya beri. Lagu ini adalah lagu kemahasiswaan favorit saya. Diciptakan oleh Abah Iwan dari UnPad. Mungkin lagu ini lebih familiar di telinga mahasiswa-mahasiswa Bandung, tapi semoga lagu ini mampu membawa kita pada semangat yang baru.
Kembali pada bangsa kita hari ini. Yang sekarang ini sedang berkembang adalah ekspor barang yang siap olah. Memang baik jika kita mampu mengolah barang tambang atau sumber daya alam kita menjadi bahan siap pakai. Seperti contohnya saja karet menjadi Lump yang siap diolah. Tapi alangkah lebih baik jika kita bisa mengolah dari hulu sampai ke hilir secara mandiri. Sehingga keuntungan yang dihasilkan setiap sektor pun mampu memberi makan masyarakat kita sendiri ketimbang hanya menjadi mainan negara-negara maju.
Gambar 1. Krisis Insinyur Mengancam Pembangunan Nasional
Tanggungjawab dan harapan itu tentunya hutang yang harus kita bayar, sebagai ilmuwan dan insinyur. Ketertinggalan kita dengan bangsa-bangsa lain dan keterpurukan perkembangan ristek harus mampu kita kejar dalam 10-20 tahun kedepan jika kita tidak ingin tenggelam selamanya. Tentu saja saya tidak berbicara masalah gagap atau tidaknya bangsa kita terhadap perkembangan teknologi. Saya sedang berbicara masalah kemampuan bangsa kita untuk menjadi mandiri.
Dalam
semua kelemahan, keresahan, kegelisahan dan kehancuran itu muncul
sebuah tanya. Apa kita akan menyerah? Apa kita akan lari seakan itu
bukan masalah kita? Jawabannya tidak. Lemah
adalah alasan untuk menjadi kuat. Tanpanya kita takkan lagi menemukan
ruang untuk berkembang. Kelemahan adalah sebuah peluang yang
tanpanya, tidak ada pahlawan yang terlahir. Tidak ada orang yang
memberi harapan bagi bangsanya.
Mengutip dan memberikan sentuhan tambahan pada kutipan Presiden Kabinet KM-ITB, Mohammad Jeffry Giranza: Bahwa prinsip membangun bangsa itu seperti ketika kita mengayuh sepeda. Ketika kita berhenti bergerak, kita pasti jatuh. Ketika kita berhenti berinovasi, bangsa ini pasti jatuh. Tidak masalah kita tidak mengayuhnya secepat bangsa yang lain. Yang paling penting, kita mengayuhnya diatas kaki kita sendiri!
Semoga profil dan pemikiran saya boleh menceritakan mimpi serta integritas saya di manapun berada.
Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater!
Steve Yudea
102.10.052
Menteri Riset dan Teknologi
Kabinet KM-ITB
0 komentar :
Posting Komentar