12.13.2011

Sebelah Tangan

Hujan baru saja berakhir malam itu. Dinginnya menusuk sampai ke tulang. Entah kenapa, mata fisik dan mata batinku tertuju pada seorang peminta di tepian jalan. Mungkin malam itu, Tuhan memang mengutus kami kepadanya.
  
Setelah 20 menit melintasi jalanan sepanjang BIP dan BEC akhirnya kami menghentikan langkah kaki kami.
Kami berhenti untuk memberikan sebungkus nasi dan air minum kepada seorang bapak tanpa tangan kanan.
Setelah memberikan nasi, kami duduk di tepian jalan itu. 3 orang satpam berdiri di hadapan kami, menatap tajam seakan kami pencuri. Orang-orang lalu lalang diantara hiruk pikuk akhir pekan. Beberapa dengan tampang bingung memperhatikan kami. Setelah memberi nasi, kami duduk bersama bapak itu di emperan, bercerita.
  
Bapak itu bernama Pak Agus. Ia menjelajah kota Bandung bersama Istri dan enam orang anaknya dari Solo. Dahulu dia bekerja di sebuah percetakkan di kota asalnya, namun itu berubah setelah kecelakaan yang dialaminya. Ia tersingkir dari bumi manusia yang kita duga adil. Sudah banyak jenis pekerjaan yang dia ajukan, namun tidak ada yang menerimanya. Di kota asal, ia merasa gelisah karena selalu dibantu kakaknya. Maka akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari Solo menuju Bandung. Tidak ada perbedaan dari ketika ia di kota asalnya, hanya tanpa bantuan sang kakak dia menjalani hidup.
  
Di kota Bandung ia tidur di alun-alun bersama seluruh keluarganya. Sama seperti di Solo, ternyata beliau tetap tidak memperoleh pekerjaan karena apa yang tidak dimilikinya. Akhirnya ia memilih untuk usaha kecil-kecilan dengan berjualan rokok dan pulsa. Pada awalnya semua tampak menjanjikan dan memberi harapan, namun kenyataan berkata lain. Ia merugi cukup banyak, berjualan rokok satu-satunya yang bisa ia pertahankan bersama dengan hidupnya yang sederhana. Mau tak mau keadaan yang begitu sulit membuatnya harus mengemis. Ya, hanya karena ketidaksempurnaannya.
  
Pertemuan itu kemudian kututup dengan mendoakan Pak Agus setelah bercerita. Tanpa perduli apa yang orang pikirkan di jalan itu kami mendoakannya. Tak kusangka, ia menitikkan air mata setelah kami selesai berdoa. Hatiku tersayat melihat air mata yang jatuh. Seakan aku bisa merasakan apa yang dialaminya. Dipandang sebelah mata karena tidak memiliki sebelah tangan. Pak Agus, semoga Tuhan besertamu!

Dunia tidak tercipta dalam kesetimbangan bagi beberapa orang. Tersiksa dan pesimis yang dirasa dalam ketidak-adilan itu. Lantas siapa yang mau disalahkan? Sang Pencipta? Tuhan selalu adil dalam segala perbuatanNya. Manusialah yang menciptakan ketidak-adilan itu. Umat-umat Tuhan, jangan berlaku layaknya setan-setan di Neraka. Ada tanggung jawab yang harus kita emban jauh dari zona nyaman kita. Melalui siapa lagi Ia memberi, mengasihani dan bekerja jika bukan melalui umatNya?

Terutama kita orang-orang Kristen. Ke-Kristenan bukanlah kapal pesiar yang berarti kita sudah selamat sampai ke akhir. Ke-Kristenan adalah kapal sekoci yang senantiasa mencari orang untuk ditolong.
Gelisahlah untuk menolong orang lain yang membutuhkan terlepas dari siapa mereka.

Pada akhirnya dunia akan selalu bertanya: Dimana anak-anak Tuhan ketika kami membutuhkan uluran tangan mereka?

Kita tidak boleh berhenti berjuang. Kita harus terus telusuri jalan yg setapak ini. Semoga kita bisa menjadi jawaban.


"With great powers comes great responsibility. Knowledge is power, freedom is a greater power. Christ is the greatest power. Yet He lives inside me and you. Now, realize, our responsibility is GREATER than GREAT!" 






Bandung, 13 Desember 2011
~Soli Deo Gloria

11.11.2011

Kembalilah dalam Ribaan

Anakku sayang, anakku malang
Muda
Tapi sudah harus menentang badai

Teringat dulu kau berlari di halaman
Ketika jatuh, kau cari ibu
Tak kuasa melihat air matamu
Tak kuasa melihat lukamu
Dan ibu memelukmu sambil berkata:
Jangan menangis, ibu ada disini

Sampailah pada hari itu
Hari kau sadar, duniaku terlalu kecil
Kau pergi dengan hati
Untuk menaklukkan hari

Anakku sayang, anakku malang
Apa yang kau temukan disana?
Bahagiakah engkau?

Ketahuilah doa ayah selalu menyertai
Semoga tercapai semua cita-citamu
Agar jangan sia-sia ayah bekerja
Kelak kau yang akan menuntun ayah
di masa tua nanti

Anakku sayang, anakku malang
Tahun sudah berlalu
Dibalik sore danau Toba
Aku belum menemukan bayanganmu

Terlupakah engkau akan aku?
Tanah tempatmu mengakar
yang diperjuangkan leluhurmu dengan darah.
Tak perduli apa yang terjadi
di tahun-tahun kau pergi.

Kembalilah dalam ribaanku
Anak ku Tatea Bulan, anak ku Isumbaon
Jangan terbeban lagi

Biar ku isi kembali 
Apa yang terhilang di perjalananmu
Biar ku cari
Apa yang tak kau temukan

7.06.2011

Pikiran Lagi Keriting

Have not been writing in my Diary for a few time. Maaf jika saya secara kampungan masih menulis buku harian. Hehe. *Kenapa juga bilang2?*

Pikiran sedang tidak fokus karena beberapa hal. Mungkin juga sedang masuk kedalam masa2 pancaroba. Seakan2 otak saya sedang ada di dalam masa2 ter-gobloknya. Apakah beberapa hal itu? Kebingungan saya untuk mengambil sikap. Pilihan2 yang datang berterbangan layaknya kelelawar di malam hari benar2 membuat saya bingung. Entahlah.

Teman2 sedang menjalani masa2 kaderisasi. HME, Himatika dan bbrp himpunan lain sudah memulai jenjang pewarisan nilai terhadap generasi di bawahnya. Saya berharap dan berdoa, bahwa pewarisan nilai ini tidak berlaku hanya sekejap mata saja dan hilang. Banyak dari setiap kaderisasi ini yang pada akhirnya hanya sekedar menginginkan Jaket2 Himpunan tanpa benar2 mendalami nilai2 apa yang telah diwariskan tadi. Yang paling buruk adalah mereka yang hanya ingin 'memperoleh' tanpa 'memberi'.

Beberapa kawan yang saya ingat, banyak yang cuma bisa mengeluh terhadap keadaan. Cuma bisa memaki tanpa dasar, tanpa memberi solusi. Kalau cuma memaki, semua orang juga bisa. Kita tidak perlu kuliah atau sekolah untuk sekedar memaki. Tujuan dari pendidikan sendiri adalah agar kita bisa menjadi jawaban dari permasalahan2 yang muncul di masyarakat (menurut saya). Seorang senior saya pernah berkata: Hati2. Kalau kamu bukan bagian dari solusi, jangan2 kamu bagian dari masalah.
[NB: Try to read my earlier entries, "On Nationalism"]

Dulu saya pernah berdebat dengan teman2 saya soal tujuan akhir dari suatu pendidikan, pekerjaan dan uang. Menurut saya, uang itu cuma bonus. Ingat, bonus. Oleh karena itu, ketika kita nantinya terjun langsung di kehidupan, fokus lah pada apa yang kita kerjakan. Fokuslah pada mimpi2 kita, bukan pada uang. Karena sebagai bonus, mereka akan datang dengan sendiriny. Ada pepatah mengatakan, "Sesedih-sedihnya mereka yang tidak mempunyai uang, lebih sedih mereka yang tidak mempunyai mimpi". Yang paling penting, ambil hanya apa yang menjadi bagianmu. Tuhan melihat :)


[Play lagu dibawah ini dulu]


*Maaf sebelumnya, pikiran saya emang loncat2 dan ga runut. Terlalu banyak yang mau diungkapkan sampe bingung mana yang duluan atau mana yang berhubungan*

Lantas apa yang kita bisa perbuat untuk membuat dunia yang 'ideal' untuk bertumbuh? Apa yang bisa kita buat untuk mereka yang tidak mampu mewujudkan mimpi mereka?
Adilkah bagi mereka yang tidak bisa memperoleh kesempatan? Bagi kalian mahasiswa yang sedang membaca ini, sadarlah. Kalian punya kesempatan itu. Who are you to be blind?

Perubahan untuk hari depan yang lebih baik hanya bisa dilakukan dari dalam diri kita sendiri. Aku ga bisa nyuruh kau berubah dan menjadi seorang pejuang yang idealis seperti seorang Gie atau seorang Arief Rahman Hakim. Satu2 ny orang yang bisa mengubah dirimu ya dirimu sendiri.

So why don't we all start with the man in the mirror? And then with the changed you, the changed me, the changed them, the changed us, together we changed the history of violence into the history of joyful love!

Mimpi cuma akan jadi mimpi kalo tidak dikerjakan.

Sorry untuk kata yang salah atau sudut pandang yang sempit.
Enjoy reading, leave comment and may His force be with you :D :D :D

6.26.2011

SENANGNYAAAA! :D :D :D

Waaaah. Lama kali aku gak nulis di blog ini. Haha. Aku senang karena aku akhirnya menyelesaikan 2 proses kaderisasi yaitu di UKSU (Unit Kesenian Sumatera Utara) dan di Diklat Terpusat calon panitia PROKM 2011 mengikuti jejak abang PA ku. Seperti biasa, aku ga akan banyak membahas ini. Karena setiap kali membahas tentang kemahasiswaan dan nasionalisme, tidak akan ada habisnya kubahas. Maaf juga yah, aku disini bukan makin nyunda tapi makin m'batak.


Entah, ada seseorang yang kukenal pun tidak namun selalu muncul di dalam pikiranku. Terus belum lama ini aku nemu satu lagu dari vokalis VNS. VNS (Voiceless and Soulastic) itu bandny sepupu ku yang sebentar lagi ngeluarin album dbutnya. Haha. Beli yah guys #eh #promosiTerselubung. Aku rasa, lagu itu cocok kali lah sama apa yang ada di dalam hatiku.




Itulah lagunya. Hehe.

"Akankah semua kan terjadi. Mewujudkan dirimu jatuh hati. Kan kuterima meski dalam mimpi, sungguh berarti. Ku yakin suatu hari nanti, jika kau memang pantas kumilki. Tuhan berikanlah jalan 'tuk bersamanya"

Agak kurang setuju sih sama bagian 'jika kau memang pantas kumiliki', cinta tidak bersyarat. Pantas atau tidak pantas, jika aku mengasihimu maka aku benar mengasihimu. Apakah Tuhan punya syarat untuk mengasihi manusia? Tentu tidak! Hehe.

Maaf nyampah karena pengen nulis tapi lagi ga pengen nulis panjang2. Enjoy :D

1.06.2011

One

Kemarin saya melihat kembali Kick Andy yang membahas tentang Soe Hok Gie. Karena saya seorang Cina (saya campuran Cina, Batak dan Sunda), menurut saya Gie merupakan salah satu role model yang layak dijadikan panutan. Saya salut akan segala keberaniannya menantang para pemimpin yang tidak benar dengan kritik-kritik tajam dalam tulisan dia. Tanpa sadar saya pun sudah menulis banyak sekali artikel yang sama tajamnya. Terutama kepada teman-teman saya. Bagi saya menulis tentang sebuah kejujuran jauh lebih baik. Maaf, mungkin saya adalah kerbau yang bodoh dan keras kepala. Tapi saya tidak mau jadi pohon bambu yang rapuh, saya ingin menjadi pohon tarbantin yang berani menentang angin atas nama kemanusiaan. (Ini akan menjadi artikel serius pertama yang saya tulis.)

Akhir-akhir ini ada banyak sekali persoalan tentang negara ini yang semakin gentar dibicarakan.
Yang pertama adalah soal PSSI dan antek-anteknya. Tadinya saya senang melihat secercah harapan dalam persepakbolaan kita. Mampu berjuang sampai ke final piala AFF dengan kondisi yang tidak menentu. Mereka adalah orang-orang yang mampu menyatukan bangsa ketika perpecahan ada di atas persatuan. Tapi PSSI harus membuat rakyat kecewa. Konsentrasi timnas terpecah dengan adanya politisasi dan korupsi. Lihat Pak Nurdin, koruptor kelas teri, kalau saya Presiden pasti saya hukum mati dia di lapangan banteng sejak lama. Saya jadi ingat dalam suatu episode Provocative Proactive yang mendatangkan salah satu petinggi PSSI. Penonton yang jelas-jelas mewakili suara berjuta-juta rakyat Indonesia bersorak menentang PSSI. Kemudian petinggi PSSI ini berbicara seakan kekalahan yang mereka alami wajar. Memang wajar kekalahan itu jika anda bekerja untuk kepentingan anda sendiri pak! Kalau bapak memang bekerja demi kepentingan negara, jelaskan untuk apa anda menggunakan gelang dan perhiasan-perhiasan emas itu? Cih. Di Timur Tengah, hewan kurban juga diberi perhiasan sebelum di sembelih. Betapa bodohnya anda untuk tunduk pada kekayaan dan harta bukan pada pengabdian. Petinggi anda sudah ketahuan korupsi, dan anda membuat korupsi itu semakin terlihat kepada khalayak ramai. Apakah pendapat saya ini subjektif? Saya rasa seluruh Indonesia sudah tahu jawabannya. Dibawah ketua yang sekarang, PSSI tidak ubahnya barang rongsok yang semakin hari semakin membusuk. Well, sejujurnya bukan prestasi yang saya tunggu dari PSSI. Namun kejujuran dan transparansi kerja mereka terhadap seluruh pecinta sepakbola di Indonesia. Karena menurut saya dengan adanya itu semua prestasi pasti akan menyusul belakangan.

Isu yang kedua adalah soal Gayus. Harusnya para pemimpin negara ini sudah marah besar kepada orang-orang yang terlibat dalam kasus ini. Bagaimana tidak, Gayus yang seharusnya merenungi penyesalan di dalam penjara bisa jalan-jalan ke luar negeri. Menurut saya Gayus sudah secara langsung maupun tidak langsung menginjak-injak harga diri para pemimpin. Bisa jadi ada beberapa pihak yang jadi tidak hormat kepada pemimpin-pemimpin negara akibat kasus ini. Kapan para koruptor bisa jera kalau seperti ini cara nya? Mungkin di kemudian hari pernyataan Rene Descartes tentang "Aku berpikir maka aku ada" bisa diganti dengan "Aku menggunakan wig maka aku tidak ada".

Isu yang ketiga adalah tentang masalah politik dan agama. Saya agak rikuh dengan pencamuran ini. Kita semua tahu betapa kotornya politik di negara ini. Yang kita sudah ketahui juga adalah kesucian agama. Mengapa kita kemudian mencampurkan keduanya itu menjadi satu? It's not working. Sama sekali tidak. Negara kita adalah negara persatuan yang tidak hanya terdiri dari satu agama saja. Tetapi banyak agama. Yang paling membuat saya sedih adalah ada beberapa organisasi yang tega merusak saudara seagama mereka yang berbeda aliran. Lantas apa yang sebenarnya anda perjuangkan? Omong kosong jika anda memperjuangkan kebenaran. Tidak pernah ada yang namanya mengambil hak-hak asasi orang lain yang pantas disebut kebenaran. Sekali lagi, jika saya adalah Presiden, mereka akan saya paksa mengulang pelajaran agama. Bahkan ada banyak orang kafir yang jauh lebih baik dari mereka. Mungkin sebaiknya mereka mengganti nama organisasi mereka menjadi "Kumpulan Orang Farisi".

Belakangan saya menonton "Kingdom of Heaven". Saya suka sekali dengan film ini. Terutama karena jalan cerita utama yang diangkatnya punya banyak kemiripan dengan kondisi Indonesia sekarang ini. Film ini menceritakan tentang perdamaian selama 6 tahun antara Christian dan Muslim di Jerusalem pada abad ke 11. Perdamaian itu tadinya indah. Raja pihak Christian dan raja pihak Muslim saling membantu dan menyokong satu sama lain. Si raja Christian menderita lepra. Tidak lama ia meninggal. Sayang nya yang menjadi raja berikutnya, suami adik raja Christian ini ternyata orang yang bengis, bodoh dan salah mengartikan Injil. Raja Christian yang baru ini menganggap Muslim adalah musuh mereka dan sudah seharusnya di hancurkan. Raja Christian ini kemudian menghimpun sejumlah tentara dan pergi berperang di padang gurun. Mereka kelelahan dan kehausan. Semua tentara Christian ini kemudian mati dalam peperangan. Raja Muslim hanya mengatakan sedikit kepada raja Christian: Kenapa kamu tidak pernah belajar dari raja yang hebat seperti pendahulumu?

Raja Muslim kemudian terus mencoba menaklukkan Jerusalem yang saat itu hanya dipenuhi rakyat sipil yang dipimpin seorang Lord yang tadinya di calonkan menjadi raja. Setelah beberapa hari berperang akhirnya raja Muslim mengajak sang Lord bernegoisasi. Lord Balian kemudian menyerahkan Jerusalem asalkan para penduduk dibiarkan pulang ke tempat asal mereka dengan selamat. King Saladin setuju. Balian bertanya, "Why would you do that? Christian knights butchered every Muslims when they first got here". Saladin bilang, "I'm not that man". Sebelumnya juga sempat ada satu dialog menarik antara Lord Balian dengan salah satu pimpinan Knight teman ayahnya, Tiberias. Tiberias meninggalkan Jerusalem bersama tentaranya ke Siprus sebelum perang dengan Muslim dimulai. Tiberias berkata: "First, I thought we were fighting for God. Then I realized we were fighting for wealth and land. I was ashamed".

Yah. Itu juga yang menurut saya terjadi di negara ini. Pertama-tama orang berpikir bahwa mereka berjuang untuk Tuhan, tapi apa yang terjadi? Ternyata mereka berjuang untuk sesuatu yang lain. Power, wealth and land. Saya curiga, jangan-jangan perjuangan yang dilakukan di negara ini pun adalah perjuangan yang sudah berubah arah dan tujuan.

Saya berharap sekali, tolong jangan pernah mencampurkan sesuatu yang suci dengan sesuatu yang sangat kotor. Ini benar-benar diluar akal dan logika. Tidak seharusnya kita mencampurkan itu semua. Dan saya paling benci pengkotak-kotakan di dalam masyarakat. Apa yang salah dari latar belakang ras, agama dan aliran tertentu? Apakah dengan segala perbedaan ini mereka telah membuat luka pada anda sehingga anda membenci mereka?

You know, I'm going to paraphrase Father Brooks here. That there is one universal religion in this world. That religion is love. Love your God with all your heart and your soul, love every other human with all your heart and your soul and remember that there is more room for goodness than evil. Berhenti berkata bahwa orang-orang dari ras atau agama atau golongan tertentu adalah musuh! Mereka adalah saudara kita dengan warna yang berbeda, dengan kepercayaan yang berbeda, dengan cara pandang yang berbeda.

Dan seperti biasa saya selalu menyisipkan satu buah video clip di dalam setiap post saya. Kali ini saya menyisipkan lagu "Waving Flag" yang original. Saya kira teks lagu ini sungguh menarik. Tentang bagaimana kebebasan begitu dijerat di sana. Bagi saya, negara ini juga belum sepenuhnya merasakan kebebasan. Rakyat masih belum memperoleh kebebasan dari kemiskinan dan berbagai kebencian. Dan banyak pemimpin yang menggunakan kebebasan dengan tidak bertanggung jawab. Saya berdoa, suatu hari nanti negara ini akan merasakan kebebasan dan terbang tinggi layaknya burung Garuda di langit luas.


So guys, entah siapapun anda atau apa latar belakang anda, saya ingin mengajak semua yang membaca blog ini. Let's set our brothers and sisters free!