1.06.2011

One

Kemarin saya melihat kembali Kick Andy yang membahas tentang Soe Hok Gie. Karena saya seorang Cina (saya campuran Cina, Batak dan Sunda), menurut saya Gie merupakan salah satu role model yang layak dijadikan panutan. Saya salut akan segala keberaniannya menantang para pemimpin yang tidak benar dengan kritik-kritik tajam dalam tulisan dia. Tanpa sadar saya pun sudah menulis banyak sekali artikel yang sama tajamnya. Terutama kepada teman-teman saya. Bagi saya menulis tentang sebuah kejujuran jauh lebih baik. Maaf, mungkin saya adalah kerbau yang bodoh dan keras kepala. Tapi saya tidak mau jadi pohon bambu yang rapuh, saya ingin menjadi pohon tarbantin yang berani menentang angin atas nama kemanusiaan. (Ini akan menjadi artikel serius pertama yang saya tulis.)

Akhir-akhir ini ada banyak sekali persoalan tentang negara ini yang semakin gentar dibicarakan.
Yang pertama adalah soal PSSI dan antek-anteknya. Tadinya saya senang melihat secercah harapan dalam persepakbolaan kita. Mampu berjuang sampai ke final piala AFF dengan kondisi yang tidak menentu. Mereka adalah orang-orang yang mampu menyatukan bangsa ketika perpecahan ada di atas persatuan. Tapi PSSI harus membuat rakyat kecewa. Konsentrasi timnas terpecah dengan adanya politisasi dan korupsi. Lihat Pak Nurdin, koruptor kelas teri, kalau saya Presiden pasti saya hukum mati dia di lapangan banteng sejak lama. Saya jadi ingat dalam suatu episode Provocative Proactive yang mendatangkan salah satu petinggi PSSI. Penonton yang jelas-jelas mewakili suara berjuta-juta rakyat Indonesia bersorak menentang PSSI. Kemudian petinggi PSSI ini berbicara seakan kekalahan yang mereka alami wajar. Memang wajar kekalahan itu jika anda bekerja untuk kepentingan anda sendiri pak! Kalau bapak memang bekerja demi kepentingan negara, jelaskan untuk apa anda menggunakan gelang dan perhiasan-perhiasan emas itu? Cih. Di Timur Tengah, hewan kurban juga diberi perhiasan sebelum di sembelih. Betapa bodohnya anda untuk tunduk pada kekayaan dan harta bukan pada pengabdian. Petinggi anda sudah ketahuan korupsi, dan anda membuat korupsi itu semakin terlihat kepada khalayak ramai. Apakah pendapat saya ini subjektif? Saya rasa seluruh Indonesia sudah tahu jawabannya. Dibawah ketua yang sekarang, PSSI tidak ubahnya barang rongsok yang semakin hari semakin membusuk. Well, sejujurnya bukan prestasi yang saya tunggu dari PSSI. Namun kejujuran dan transparansi kerja mereka terhadap seluruh pecinta sepakbola di Indonesia. Karena menurut saya dengan adanya itu semua prestasi pasti akan menyusul belakangan.

Isu yang kedua adalah soal Gayus. Harusnya para pemimpin negara ini sudah marah besar kepada orang-orang yang terlibat dalam kasus ini. Bagaimana tidak, Gayus yang seharusnya merenungi penyesalan di dalam penjara bisa jalan-jalan ke luar negeri. Menurut saya Gayus sudah secara langsung maupun tidak langsung menginjak-injak harga diri para pemimpin. Bisa jadi ada beberapa pihak yang jadi tidak hormat kepada pemimpin-pemimpin negara akibat kasus ini. Kapan para koruptor bisa jera kalau seperti ini cara nya? Mungkin di kemudian hari pernyataan Rene Descartes tentang "Aku berpikir maka aku ada" bisa diganti dengan "Aku menggunakan wig maka aku tidak ada".

Isu yang ketiga adalah tentang masalah politik dan agama. Saya agak rikuh dengan pencamuran ini. Kita semua tahu betapa kotornya politik di negara ini. Yang kita sudah ketahui juga adalah kesucian agama. Mengapa kita kemudian mencampurkan keduanya itu menjadi satu? It's not working. Sama sekali tidak. Negara kita adalah negara persatuan yang tidak hanya terdiri dari satu agama saja. Tetapi banyak agama. Yang paling membuat saya sedih adalah ada beberapa organisasi yang tega merusak saudara seagama mereka yang berbeda aliran. Lantas apa yang sebenarnya anda perjuangkan? Omong kosong jika anda memperjuangkan kebenaran. Tidak pernah ada yang namanya mengambil hak-hak asasi orang lain yang pantas disebut kebenaran. Sekali lagi, jika saya adalah Presiden, mereka akan saya paksa mengulang pelajaran agama. Bahkan ada banyak orang kafir yang jauh lebih baik dari mereka. Mungkin sebaiknya mereka mengganti nama organisasi mereka menjadi "Kumpulan Orang Farisi".

Belakangan saya menonton "Kingdom of Heaven". Saya suka sekali dengan film ini. Terutama karena jalan cerita utama yang diangkatnya punya banyak kemiripan dengan kondisi Indonesia sekarang ini. Film ini menceritakan tentang perdamaian selama 6 tahun antara Christian dan Muslim di Jerusalem pada abad ke 11. Perdamaian itu tadinya indah. Raja pihak Christian dan raja pihak Muslim saling membantu dan menyokong satu sama lain. Si raja Christian menderita lepra. Tidak lama ia meninggal. Sayang nya yang menjadi raja berikutnya, suami adik raja Christian ini ternyata orang yang bengis, bodoh dan salah mengartikan Injil. Raja Christian yang baru ini menganggap Muslim adalah musuh mereka dan sudah seharusnya di hancurkan. Raja Christian ini kemudian menghimpun sejumlah tentara dan pergi berperang di padang gurun. Mereka kelelahan dan kehausan. Semua tentara Christian ini kemudian mati dalam peperangan. Raja Muslim hanya mengatakan sedikit kepada raja Christian: Kenapa kamu tidak pernah belajar dari raja yang hebat seperti pendahulumu?

Raja Muslim kemudian terus mencoba menaklukkan Jerusalem yang saat itu hanya dipenuhi rakyat sipil yang dipimpin seorang Lord yang tadinya di calonkan menjadi raja. Setelah beberapa hari berperang akhirnya raja Muslim mengajak sang Lord bernegoisasi. Lord Balian kemudian menyerahkan Jerusalem asalkan para penduduk dibiarkan pulang ke tempat asal mereka dengan selamat. King Saladin setuju. Balian bertanya, "Why would you do that? Christian knights butchered every Muslims when they first got here". Saladin bilang, "I'm not that man". Sebelumnya juga sempat ada satu dialog menarik antara Lord Balian dengan salah satu pimpinan Knight teman ayahnya, Tiberias. Tiberias meninggalkan Jerusalem bersama tentaranya ke Siprus sebelum perang dengan Muslim dimulai. Tiberias berkata: "First, I thought we were fighting for God. Then I realized we were fighting for wealth and land. I was ashamed".

Yah. Itu juga yang menurut saya terjadi di negara ini. Pertama-tama orang berpikir bahwa mereka berjuang untuk Tuhan, tapi apa yang terjadi? Ternyata mereka berjuang untuk sesuatu yang lain. Power, wealth and land. Saya curiga, jangan-jangan perjuangan yang dilakukan di negara ini pun adalah perjuangan yang sudah berubah arah dan tujuan.

Saya berharap sekali, tolong jangan pernah mencampurkan sesuatu yang suci dengan sesuatu yang sangat kotor. Ini benar-benar diluar akal dan logika. Tidak seharusnya kita mencampurkan itu semua. Dan saya paling benci pengkotak-kotakan di dalam masyarakat. Apa yang salah dari latar belakang ras, agama dan aliran tertentu? Apakah dengan segala perbedaan ini mereka telah membuat luka pada anda sehingga anda membenci mereka?

You know, I'm going to paraphrase Father Brooks here. That there is one universal religion in this world. That religion is love. Love your God with all your heart and your soul, love every other human with all your heart and your soul and remember that there is more room for goodness than evil. Berhenti berkata bahwa orang-orang dari ras atau agama atau golongan tertentu adalah musuh! Mereka adalah saudara kita dengan warna yang berbeda, dengan kepercayaan yang berbeda, dengan cara pandang yang berbeda.

Dan seperti biasa saya selalu menyisipkan satu buah video clip di dalam setiap post saya. Kali ini saya menyisipkan lagu "Waving Flag" yang original. Saya kira teks lagu ini sungguh menarik. Tentang bagaimana kebebasan begitu dijerat di sana. Bagi saya, negara ini juga belum sepenuhnya merasakan kebebasan. Rakyat masih belum memperoleh kebebasan dari kemiskinan dan berbagai kebencian. Dan banyak pemimpin yang menggunakan kebebasan dengan tidak bertanggung jawab. Saya berdoa, suatu hari nanti negara ini akan merasakan kebebasan dan terbang tinggi layaknya burung Garuda di langit luas.


So guys, entah siapapun anda atau apa latar belakang anda, saya ingin mengajak semua yang membaca blog ini. Let's set our brothers and sisters free!